A. Pendahuluan
Sudah menjadi kebiasaan di setiap pelatihan, ketika
memulai melaksanakan sebuah training (latihan) terlebih dahulu dimulai suatu
segmen peleburan dan pendahuluan yang kemudian dikenal dengan “Ice Breaking
dan Orientasi”.
Secara sederhana kedua istilah ini tidak dapat
dipisahkan secara jelas, keduanya ibarat dua mata uang logam yang menyatu pada
satu kesatuan arti dan mempunyai makna yang sangat signifikan terhadap
kesuksesan dan tercapainya target sebuah pelatihan. Dengan kata lain tak
heran bila orientasi dan ice breaking menjadi momok yang selalu dibicarakan di
antara pengelola training sebagai penentu kesuksesan pelatihan di hari-hari
berikutnya.
Pada tulisan yang singkat ini, untuk menjelaskan
secara detail mengenai ice breaking dan orientasi, penulis sengaja memisahkan
antara dua istilah ini. Hal ini bukan dimaksudkan untuk memisahkan makna
keduanya, tapi hanya sekedar sistematisnya pembahasan.
B. Ice Breaking
1. Pengertian
Ice Breaking adalah padanan dua kata Inggris yang mengandung makna “memecah
es”. Istilah ini sering dipakai dalam training dengan maksud menghilangkan
kebekuan-kebekuan di antara peserta latihan, sehingga mereka saling mengenal,
mengerti dan bisa saling berinteraksi dengan baik antara satu dengan yang
lainnya. Hal ini dimungkinkan karena perbedaan status, usia, pekerjaan,
penghasilan, jabatan dan sebagainya akan menyebabkan terjadinya dinding pemisah
antara peserta yang satu dengan yang lainnya. untuk melebur dinding-dinding
penghambat tersebut, diperlukan sebuah proses ice breaking.
2. Tujuan
Tujuan dilaksanakan ice breaking ini adalah :
a. Terciptanya kondisi-kondisi yang
equal (setarap) antara sesama peserta dalam forum training.
b. Menghilangkan sekat-sekat
pembatas di antara peserta, sehingga tidak ada lagi anggapan si anu pintar, si
anu bodoh, si anu kaya, si anu bos dan lain sebagainya, yang ada hanyalah
kesamaan kesempatan untuk maju.
c. Terciptanya kondisi yang dinamis
di antara peserta
d.
Menimbulkan kegairahan (motivasi) antara sesama peserta untuk melakukan
aktivitas selama training berlangsung.
3.
Metode
Banyak metode yang dapat dilakukan dalam ice breaking
ini, di antaranya :
a. Metode Ceramah,
pelatih melakukan terlebih dahulu ceramah pembuka yang pada hakikatnya
menjelaskan tentang beberapa hal, antara lain : pentingnya kesatuan dalam suatu
komunitas, persamaan hak di antara sesama peserta, perlakukan yang sama,
tim building, kesadaran potensi, kerjasama antar kelompok dll.
b. Metode Studi Kasus,
yaitu memberikan kesempatan kepada peserta untuk ikut andil memecahkan
persoalan-persoalan praktis sehari-hari yang ditawarkan oleh pelatih, tujuannya
adalah ;
- Untuk
melihat potensi awal yang dimiliki masing-masing peserta baik dari segi
afektif, kognitif maupun psikomotornya.
- Membiasakan
peserta untuk berinteraksi dengan kelompoknya yang baru, dengan bertanya,
menanggapi atau mengamati peserta lain.
- Memberikan
pengertian bahwa sejak hari itu mereka akan menjadi sebuah keluarga (sanak famili)
sampai kapanpun.
c. Metode Sinetik, yaitu
sebuah metode pengembangan sumbang saran, dimana dalam suatu pemecahan masalah
dipadukan berbagai pendapat dari berbagai disiplin ilmu sehingga memunculkan
solusi yang lebih kreatif terhadap persoalan yang muncul.
d. Metode Lorong Penuh Liku,
metode ini dimulai dari membaca beberapa halaman dari buku, kemudian dipaksa
untuk membuat keputusan. Berdasarkan keputusan itu peserta diinstruksikan untuk
membuka pada suatu halaman tertentu yang telah disusun secara acak. Kemudian
diberikan sebuah skenario yang berdasarkan keputusan yang telah dibuat dan
keputusan lebih lanjut akan mengirim anda ke halaman muka atau halaman-halaman
belakang dari buku, sampai akhirnya peserta keluar dari lorong-lorong tersebut,
mungkin setelah melakukan beberapa langkah-langkah yang salah. (untuk
penggunaan teknik ini, pelatih harus terlebih dahulu mempersiapkan
bahan-bahannya).
e. Metode Simulasi dan
Permainan, metode ini merupakan metode yang paling mudah dilakukan, pelatih
mempersiapkan beberapa permainan yang bertujuan untuk memecah kebekuan (ice
breaking games) peserta. Permainan ini banyak sekali bentuknya, di
antaranya adalah ; permainan lempar kokarde, pesan berantai, ziq-zaq dan
lain-lain. Tujuan simulasi ini adalah :
- Terciptanya keakraban di
antara peserta.
- Masing-masing peserta dapat
menghafal nama dan beberapa identitas penting peserta lainnya.
- Tertanamnya
anggapan bahwa mereka adalah satu kesatuan (solidaritas) “bila satu sakit, yang
lain akan ikut merasakannya”.
4.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Saat Ice Breaking
1. Seorang pelatih haruslah
mempunyai naluri (feeling) khusus yang kuat ketika melakukan proses ice
breaking. Ia harus tahu saat peserta sudah lebur atau belum dan masih harus
dileburkan. Ketika peserta belum lebur namun ice breaking sudah dihentikan, hal
ini akan menyusahkan sewaktu penyajian materi berikutnya.
2. Saat melakukan ice breaking,
seorang pelatih harus sudah dapat mendeteksi, (minimal beberapa orang dari
peserta sudah masuk dalam memorinya) tentang potensi awal, sikap, sifat dan
“karakteristik special” seorang peserta.
3. Waktu yang disediakan untuk
melakukan ice breaking sangat kondisional, tergantung kepada tingkat keleburan
peserta. Ada
peserta yang mudah lebur dan ada yang sulit lebur, karena perbedaan pendidikan,
latar belakang, dll yang sangat signifikan. Oleh karena itu seorang pelatih
harus mempunyai beberapa “jurus simpanan” yang harus dikeluarkannya bila
peserta sulit mengalami peleburan antara satu dengan yang lainnya.
4. Menimbulkan kesan positif,
seorang pelatih haruslah dipandang oleh peserta dalam pandangan yang positif,
baik dari segi pendapat, sikap, sifat dan interaksinya dengan peserta, karena
tidak menutup kemungkinan nanti seorang pelatih akan menjadi tempat “curhat”
paling dipercaya bagi peserta yang mengalami persoalan-persoalan khusus.
C.
Orientasi
1.
Pengertian
Orientasi yang dimaksudkan disini adalah suatu proses pemberian pemahaman
kepada peserta, tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan latihan yang
sedang diadakan. Pada hakikatnya orientasi yang dilakukan pada saat pelatihan
adalah berusaha menjawab tiga pertanyaan penting, yaitu :
a. Sedang apa
mereka (para peserta) dalam acara ini ?
b. Apa yang mesti mereka
lakukan ?
c. Hal-hal
apa saja yang akan mereka temui ?
2. Tujuan
Adapun tujuan dilakukan orientasi ini adalah :
a. Menghilangkan kebingungan peserta
tentang apa yang sebenarnya mereka ikuti.
b. Meluruskan motivasi awal
mereka untuk mengikuti pelatihan tersebut
c. Memberikan pemahaman tentang
hal-hal apa saja yang mesti mereka lakukan selama mengikuti pelatihan tersebut
d. Memberikan gambaran ringkas
tentang hal-hal yang akan mereka temui selama mengikuti pelatihan (dengan
tidak memberitahu hal-hal yang sangat rahasia/esensil).
e. Memunculkan
komitmen dan kesediaan mereka untuk mengikuti acara ini dari awal hingga akhir
dengan penuh perhatian dan kesadaran diri.
3. Metode
Metode yang dapat digunakan dalam melakukan orientasi adalah ceramah dan
diskusi. Ceramah dimaksudkan untuk menjelaskan kepada seluruh peserta tentang :
a. Apa sebenarnya pelatihan
yang sedang berlangsung, tujuan, target, kedudukan panitia, tugas dan wewenang
pelatih, organisasi pelatih, ruangan-ruangan yang ada di tempat
diselenggarakannya pelatihan yang boleh dan tidak boleh peserta masuk ke
dalamnya.
b. Tugas-tugas terstruktur, resume,
sistem penilaian peserta, aspek-aspek (ranah) penilaian, bobot penilaian,
dispensasi izin dan kriteria lulus peserta.
c.
Seluruh hal-hal yang berkenaan dengan proses pelatihan (asal tidak hal-hal yang
paling esensial dan rahasia dalam pelatihan tersebut)
4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Saat Orientasi
a. Setiap peserta tentunya mempunyai
motivasi masing-masing untuk mengikuti pelatihan, motivasi awal ini ada yang
baik dan ada yang perlu diluruskan. Dalam orientasilah sebaiknya motivasi awal
setiap peserta diluruskan dan diarahkan.
b. Sewaktu melaksanakan
orientasi, hendaklah diungkapkan dengan sejelas-jelasnya apa saja mengenai
pelatihan yang akan mereka ikuti, layani setiap pertanyaan yang muncul dan
jelaskan apa adanya, jangan memanipulasi keadaan.
c. Waktu yang disediakan untuk
orientasi tergantung kepada keadaan, namun untuk memudahkan ; jika peserta
tidak meragukan lagi (tidak muncul lagi pertanyaan) saat itu orientasi dapat
dinyatakan selesai.
d. Waktu akan mengakhiri orientasi, semua
peserta dapat diikat dengan satu komitmen yang disampaikan secara lisan satu
persatu bahwa mereka siap dan bersedia menjadi peserta pelatihan tersebut. Jika
ada yang tidak mau menyatakan komitmennya, sebaiknya peserta tersebut
mengundurkan diri dari awal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar